Bantuan mesin disel sebagai alat untuk menyedot air digunakan saat ada kebakaran hutan dan lahan

Pontianak (PRCF) – Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) momok bagi Kalimantan Barat. Setiap tahun hampir dipastikan provinsi yang berbatasan dengan Malaysia ini dilanda kabut asap. Sumber asap tersebut dipastikan dari lahan dan hutan yang dibakar apakah dengan sengaja atau tidak. Siapa yang disalahkan? Tidak elok rasanya untuk mencari siapa yang salah. Alangkah lebih baiknya berbuat dari sekarang untuk mencegah Karhutla jangan sampai terjadi atau meminimalisir Karhutla di tahun-tahun mendatang.

Yayasan PRCF Indonesia lebih memilih berbuat untuk melakukan pencegahan Karhutla. Pada 1 Nopember 2019 lalu, PRCF Indonesia menyerahkan satu unit bantuan alat pemadam kebakaran untuk warga Desa Nanga Lauk Kecamatan Embaloh Hilir Kabupaten Kapuas Hulu. Tak sekadar menyerahkan bantuan, PRCF juga menggelar simulasi. Dengan simulasi warga bisa melakukan aksi pemadaman sesuai standar operasi.

Menguji alat pemadam kebakaran apakah berfungsi atau tidak

Bantuan alat pemadam kebakaran diserahkan oleh Yadi Purwanto dan Rio Afiat yang merupakan perwakilan resmi PRCF Indonesia. Bantuan itu diserahkan pada Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Lauk Bersatu yang merupakan lembaga resmi milik warga Nanga Lauk. Lembaga ini dibentuk oleh Pemerintahan Desa Nanga Lauk difasilitasi oleh PRCF Indonesia. Lewat LPHD inilah PRCF melakukan pembinaan intensif bagi warga Nanga Lauk baik dalam penguatan kelembagaan, pengawasan dan perlindungan hutan, serta pemberdayaan.

“Setelah kita menyerahkan bantuan, langsung menggelar simulasi. Pertama kita ingin menguji apakah alat pemadam kebakaran yang diserahkan benar-benar berfungsi dengan baik. Kedua, barulah kita ajarkan bagaimana cara memadamkan api. Dengan adanya alat pemadam kebakaran tersebut, walau masih sedikit, paling tidak warga sudah memiliki alat untuk melakukan pencegahan secara dini apabila ada Karhutla,” jelas Yadi Purwanto perwakilan PRCF Indonesia.

Simulasi cara memadamkan api yang dilakukan tim unit patroli hutan dari LPHD Lauk Bersatu

Simulasi berjalan lancar. Kebetulan air di sungai juga banyak. Biasanya kalau musim kemarau, sungai Nanga Lauk. Karena dalam beberapa hari terakhir turun hujan, air sungai meninggi. Hal ini sangat membantu kelancaran proses simulasi. Acara simulasi dilakukan di lapangan sepakbola desa. Mesin yang disumbangkan berfungsi dengan baik. Begitu juga dengan nozel bisa memancarkan air cukup jauh. Sedikit problem mengenai pemasangan slang. Jarak antara sumber air dengan api cukup jauh. Slang harus dibentangkan sejauh jarak tersebut. Namanya juga simulasi, tentu beberapa warga yang ditugaskan menjalankan tugas pemadam kebakaran masih bingung.

“Namanya juga baru pertama kali menggunakan alat pemadam kebakaran, tentu masih kagok atau bingung. Kita yakin bila simulasi sering dilakukan, mereka tidak lagi kagok. Paling tidak kita sudah memulai untuk melakukan pencegahan Karhutla. Desa Nanga Lauk memiliki hutan desa dan hutan produksi terbatas. Apalabila ditemukan titik api, paling tidak warga sudah memiliki kesiapan untuk memadamkannya,” papar Yadi.

Personel tim pemadam kebakaran LPHD Lauk Bersatu saat melakukan simulasi

Direktur PRCF Indonesia, Imanul Huda S Hut M Hut menjelaskan, bantuan alat pemadam kebakaran untuk pertama kali dilakukan untuk warga Nanga Lauk. Hal ini dilatarbelakangi ancaman kabut asap yang sering terjadi di Kalbar. Penyebab utamanya adalah Karhutla yang dilakukan oleh manusia baik secara sengaja maupun tidak. PRCF Indonesia berusaha mencegah jangan sampai Karhutla terjadi di Nanga Lauk yang memiliki hutan desa dan hutan produksi terbatas.

Pemasangan slang untuk menyedot air sungai yang disalurkan ke lapangan bola tempat dilakukan simulasi

“Upaya pencegahan Karhutla harus dilakukan. Ibarat pepatah, mencegah itu lebih baik dari mengobati. Upaya pencegahan Karhutla pertama melakukan pemahaman akan pentingnya hutan bagi manusia. Dengan harapan seluruh warga benar-benar sadar tentang potensi desa. Begitu juga sangat bahaya apabila hutan yang ada sekarang rusak atau menjadi gundul. Bahaya tentunya buat warga itu sendiri. Kedua, upaya pencegahan dengan cara memberikan bantuan alat pemadam kebakaran serta simulasi. Upaya ini akan terus kita lakukan agar warga Nanga Lauk benar-benar siap menghadapi apabila ada Karhutla,” papar Imanul. (ros)