PRCF Indonesia lewat Program Rimbak Pakai Kemuka Ari sedang mengimplementasikan upaya Perlindungan Keanekaragaman Hayati dan ekosistemnya di Kabupaten Kapuas Hulu. Tujuan utamanya untuk melindungi dan melestarikan keanekaragaman hayati di areal Perhutanan Sosial. Proyek ini bertujuan untuk melestarikan spesies terancam punah melalui upaya perlindungan terhadap spesies tersebut serta mempertahankan dan meningkatkan luas serta kualitas habitat bagi spesies yang terancam punah.
“Kita saat ini sedang melaksanakan upaya perlindungan keanekaragaman hayati di areal perhutanan sosial. Terutama di desa dampingan PRCF Indonesia. Untuk sementara kita terus melakukan upaya-upaya agar program ini bisa berjalan secara efektif ,” kata Manager Program Rimbak Pakai Kemuka Ari, PRCF Indonesia, Ir Ali Hayat, Rabu (5/6/2024).
Dijelaskannya, areal proyek perlindungan keanekaragaman hayati ini mencakup berbagai jenis hutan, seperti hutan campuran kering rendah dipterokarpa, hutan pinggir sungai, dan hutan dataran rendah berbukit. “Sepanjang masuk kawasan hutan desa yang kita dampingi, di situlah upaya pelestarian keanekaragaman hayati ini dijalankan,” ujarnya.
Beberapa spesies tumbuhan dominan yang ditemukan di area ini termasuk dari famili Dipterocarpaceae, seperti Shorea parvistipulata, Shorea palembanica, Dipterocarpus borneensis, dan Hopea dryobalanoides. Selain itu, terdapat juga spesies pionir yang cepat tumbuh seperti Nauclea officinalis dan Vitex pinnata.
“Tim patroli dan pemantauan hutan yang terlibat dalam proyek ini dilengkapi dengan keterampilan teknis yang diperlukan untuk mengelola data dan informasi yang dikumpulkan. Mereka juga melakukan penilaian keanekaragaman hayati partisipatif untuk memantau indikator keanekaragaman hayati sepanjang masa proyek,” papar alumni Fakultas Kehutanan Untan ini.
Tanpa adanya proyek ini, dikhawatirkan keanekaragaman hayati bisa terancam oleh berbagai aktivitas manusia. Beberapa spesies yang dilindungi oleh undang-undang, seperti Owa Kalimantan (Hylobates muellerii), Bekantan (Nasalis larvatus), dan Beruang Madu (Helarctos malayanus) mungkin menghadapi risiko yang lebih besar. Begitu juga dengan berbagai jenis burung dan reptil yang dilindungi, seperti Jalak Bukit (Gracula religiosa) dan Buaya Senyulung (Tomistoma schlegelii).
Nilai Konservasi Tinggi
Proyek ini menekankan pentingnya melindungi spesies yang sangat terancam punah, seperti Trenggiling (Manis javanica) dan Rangkong Gading (Rhinoplax vigil). Hutan primer dan sekunder di dalam kawasan perhutanan sosial diidentifikasi sebagai habitat penting bagi spesies-spesies ini. Daerah yang mengandung dua atau lebih ekosistem yang berdekatan juga dianggap memiliki nilai konservasi tinggi.
“Proyek ini diharapkan dapat memberikan dampak positif yang signifikan terhadap keanekaragaman hayati. Kegiatan program dirancang untuk memelihara dan meningkatkan kualitas, kuantitas, dan konektivitas habitat serta mengurangi tekanan perburuan. Selain itu, diharapkan juga terjadi peningkatan jumlah spesies yang memanfaatkan hutan desa dan peningkatan luas serta kualitas hutan alam yang ada,” harap Hayat.
Analisis dampak lingkungan dan sosial dilakukan untuk mengembangkan kegiatan mata pencaharian yang berkelanjutan bagi masyarakat sekitar. Proyek ini juga mencakup penggunaan pupuk organik berbahan kompos untuk meningkatkan produktivitas pertanian tanpa merusak lingkungan.
Upaya pemantauan keanekaragaman hayati mencakup penggunaan SMART Patrol dan kamera jebak untuk merekam keberadaan dan tanda-tanda spesies yang terancam punah. Hasil pemantauan akan disebarluaskan kepada masyarakat melalui pertemuan desa tahunan dan dipublikasikan di website Yayasan PRCF Indonesia.
Proyek perlindungan keanekaragaman hayati di Kabupaten Kapuas Hulu ini menunjukkan komitmen yang kuat untuk menjaga kelestarian alam dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal melalui pendekatan yang berkelanjutan. Dengan kerjasama antara pemerintah, lembaga non-profit, dan masyarakat, diharapkan tujuan proyek ini dapat tercapai dengan baik. (ros)