Yayasan PRCF Indonesia memperkenalkan Program Imbal Jasa Ekosistem atau Payment of Ecosystems Services (PES) di sebuah hotel di Medan, Sumatera Utara, Rabu (24/1/2024). Acara ini dihadiri DLHK Provinsi Sumatera Utara (Sumut), akademisi, NGO, PWM Muhammadiyah, dan mitra-mitra PRCF Indonesia di Sumatera.
Direktur PRCF Indonesia, Imanul Huda S Hut M Hut dalam sambutannya menyampaikan, program ini sebagai upaya memperkuat masyarakat dan peningkatan kesejahteraan. PRCF Indonesia fokus terhadap pemberdayaan masyarakat dan konservasi. Dalam hal ini memiliki pendekatan melalui program perhutanan sosial dan pendampingan pasca izin melalui program imbal jasa ekosistem.
Program ini bersifat jangka panjang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan membangun kemandirian ekonomi. “PRCF Indonesia telah sukses mendampingi 11 desa di Kalimantan Barat. Beberapa desa sudah mendapatkan dukungan pembiayaan selama 25 tahun oleh pihak ketiga melalui program perhutanan sosial dan PES,” ungkap Imanul.
“Di Sumatera ini sudah berjalan lebih kurang dua tahun, dan harapannya para multi-pihak dapat berkolaborasi dengan PRCF Indonesia untuk berbuat kepada masyarakat di dalam dan sekitar hutan,” tambah alumni Fakultas Kehutanan Untan ini.
Sementara itu, Kepala Bidang TL-PGH Dinas LHK Sumut, Asep Perry Muhammad Athories SP menerangkan, saat ini Sumut telah berhasil mendorong program Perhutanan Sosial seluas +- 91.000 hektare dengan jumlah Kelompok Perhutanan Sosial (KPS) +- 208 KPS. “Kita menyambut baik PRCF Indonesia yang bersedia berbagi pengalamannya di Sumut. Tentu, kolaborasi multi-pihak sangat penting untuk berbuat bersama agar masyarakat sejahtera hutan lestari,” katanya.
Fokus Utama
Acara ini bertemakan “Workshop Hasil Penulisan Buku Panduan Penyelenggaraan Program Imbal Jasa Ekosistem atau Payment for Ecosystem Services (PES)” menghadirkan narasumber, yakni Asep Perry Muhammad Athories dari unsur DLHK Sumut, Pokja PPS Sumut Dr Oding Affandi S Hut MP, Akademisi USU Henry Sitorus M Sc PhD pada sesi pertama. Untuk sesi kedua menghadirkan Ali Hayat, Program Manager PES, Yadi Purwanto Fasilitator Konservasi, dan Muhammad Nur Karim penyusun buku Panduan PES. Sesi ini dimoderatori oleh Doni Latuparisa M Si selaku Sumatra Program Manager PRCF Indonesia.
Fokus utama lokakarya ini adalah panduan penyusunan dokumen program PES bagi multi-pihak. Hal ini untuk akselerasi pogram perhutanan sosial dan pendampingan pasca izin. Buku panduan yang akan diterbitkan diharapkan bisa menjadi referensi bagi multi-pihak sebagai best practice program PES di Indonesia.
“Tidak bermaksud menggurui, atau merasa lebih baik dari yang lain, tetapi buku yang nantinya dihasilkan ini bisa menjadi referensi bagi kita dalam mendampingi masyarakat di dalam dan sekitar hutan. Buku ini berisi best practice kami di Kalimantan. Kita berharap bisa diaplikasikan sesuai dengan corak budaya dan sosial di sini,” harap Imanul.
Di akhir sesi, Doni Latuparisa sebagai perwakilan PRCF di Sumatera, menutup diskusi dengan kalimat motivasi “Menjaga hutan, merawat peradaban; Merusak hutan, mencicil kematian.” (ros/don)