Bupati Kapuas Hulu

Festival Kesenian dan Budaya Dayak Suruk resmi dimulai di Desa Tanjung, Kapuas Hulu. Festival yang berlangsung selama enam hari, dari 3 – 8 Juli 2023, ini menampilkan keanekaragaman seni dan budaya Dayak Suruk yang khas.

Festival ini ini bertujuan untuk mempromosikan kebudayaan Dayak kepada masyarakat lokal maupun masyarakat umum. Sekaligus juga sebagai upaya merawat dan melestarikan kebudayaan. Acara ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian tradisi serta memberikan dampak positif terhadap perekonomian lokal.

Bupati Kapuas Hulu, Fransiskus Diaan disambut tarian adat saat akan membuka Festival Kesenian dan Budaya Dayak Suruk di Desa Tanjung, 3 Juli 2023 (Foto: Abroorza)

Sebagai tanda pembukaan acara yang prestisius ini, Bupati Kabupaten Kapuas Hulu, Fransiskus Diaan SH turut hadir dan memberikan sambutan pada acara pembukaan. Dalam sambutannya, Bupati menyampaikan apresiasi yang tinggi terhadap warisan budaya lokal yang diangkat dalam festival ini. Ia juga menekankan pentingnya menjaga dan melestarikan kekayaan seni dan budaya Dayak.

“Ini merupakan kesempatan bagi anak-anak kita, generasi muda, untuk belajar mengenai budaya-budaya leluhur kita. Kita harus menggali, melestarikan, dan mempertahankan budaya-budaya kita ini. Saya senang sekali melihat keterlibatan anak-anak muda di sini, mereka mau belajar tentang budaya kita. Demikian juga dengan orang-orang tua, yang tidak segan memberikan pengalaman, pengetahuan, kemampuannya, kepada anak-anak muda,” kata Bupati di hadapan seluruh peserta festival.

“Dengan festival ini, budaya Dayak Suruk tidak punah, tidak hilang ditelan zaman,” ujar Bupati saat memberikan kata sambutan.

Selama satu minggu festival berlangsung, pengunjung yang hadir bisa menonton atau terlibat langsung dalam perlombaan-perlombaan kesenian dan kebudayaan. Antara lain adalah lomba meniup sumpit, tari-tarian, membuat perisai.

Kepala Desa Tanjung, Hilarius Abas, sangat bersyukur acara ini bisa terlaksana. Festival Kesenian dan Kebudayaan Dayak Suruk dilakukan secara bergilir. Tentu digelar  di desa-desa yang mayoritas merupakan masyarakat Dayak Suruk. Tahun ini adalah giliran Desa Tanjung. Tahun sebelumnya, kegiatan dilaksanakan di Desa Kepala Gurung.

“Desa Tanjung ini desa yang paling ujung di Kecamatan Mentebah. Akses jalan pun sulit. Kami bersyukut dengan dukungan-dukungan desa-desa lain yang memungkinkan acara ini bisa terlaksana,” kata Hilarius.

“Saya berharap, kita menjadi lebih bersyukur karena kita memiliki adat. Adat meliputi berbagai tata cara kehidupan, dari kelahiran, pernikahan, hingga kematian. Adat membuat kita menjadi beradab,” harapnya. (roz/ros)