Kunjungan Belajar Masyarakat Adat (MA) Sungai Utik ke Nanga Lauk direncanakan 15-16 Juli 2021. Selama di Nanga Lauk, MA Sungai Itik akan mendapatkan penjelasan program Plan Vivo dan Imbal Jasa Lingkungan atau Payment for Environmental Service (PES). Selebihnya mereka akan melihat secara langsung pengelolaan LPHD Lauk Bersatu.
“Bila tidak ada halangan atau kendala, masyarakat ada Sungai Utik akan berkunjung ke Nanga Lauk pada Kamis sampai Jumat ini. Kehadiran mereka dalam rangka Kunjungan Belajar. Kita siap menyambut mereka dan memberikan penjelasan terkait program Plan Vivo dan Imbas Jasa Lingkungan,” kata Program Manager PRCF Indonesia, Rio Afiat di kantornya, Selasa (13/7/2021).
Dijelaskan Rio, Sungai Utik sudah sangat dikenal publik. Pada 2008, Sungai Utik menjadi desa adat pertama meraih penghargaan Sertifikat Ekolabel dari Lembaga Ekolabel Indonesa. Pada 2019, Sungai Utik menerima anugerah Kalpataru dari KLHK. Di tahun 2019 juga, mereka mendapat penghargaan Equator Prize 2019, dari UNDP (United Nations Development Programme) di New York, Amerika Serikat.
“Mereka juga memiliki hutan adat seluas 9.480 hektar. Luasnya hutan adat ini tentu perlu penangan dan pengelolaan maksimal. Untuk itulah, masyarat adat Sungai Utik melakukan kunjungan belajar di Nanga Lauk. Lebih tepatnya berbagi pengalaman dengan kawan-kawan LPHD yang ada di sini,” ujar pria kelahiran Jawai Sambas ini.
Tujuan utama dari kegiatan ini adalah memahami program Plan Vivo dan Imbal Jasa Lingkungan (PES) yang dilakukan oleh LPHD Nanga Lauk. Kemudian, memahami peran PRCF sebagai proyek coordinator dan LPHD sebagai pelaksana proyek. Juga untuk memahami proses membentuk LPHD, membuat rencana pengelolaan hutan sebagai basis kegiatan PES.
“Terakhir tujuannya adalah memahami pengelolaan Unit Usaha LPHD dan pelaksanaan kegiatan,” tambah Rio.
Rencana Kegiatan
Pada 15 Juli, rombongan kunjungan belajar MA Sungai Utik akan dijemput di Nanga Nyabau. Lalu, mereka dibawa menggunakan perahu motor menuju Nanga Lauk. Mereka akan disambut LPHD Lauk Bersatu beserta perangkat desa.
Setelah makan siang, dilakukan pertemuan di Rumah Bambu Nanga Lauk. Di sini mereka mendapatkan penjelasan terkait Plan Vivo maupun Imbal Jasa Lingkungan, serta inisiatif Lestari Capital oleh PRCF Indonesia. Dari pihak LPHD Lauk Bersatu juga akan menceritakan pengalaman mereka mengelola hutan desa. Unit bisnis dari KUPS juga ikut memperkenalkan diri serta berbagi pengalaman.
Pada 16 Juli, rombongan kunjungan belajar MA Sungai Utik ini diajak menyusuri sungai dan danau untuk melihat hutan desa. Mereka juga diajak naik ke Menara Jaga. Tidak ketinggalan diajak ke rumah rotan dan rumah produksi madu. Malam harinya, dilakukan pembuatan rencana pengelolaan hutan desa, pembuatan untuk implementasi kegiatan, proses procurement. Kemudian, menyusun rencana kerja jangka panjang (25 tahun), kegiatan utama LPHD, dan merumusan hambatan dan bagaimana menghadapi hambatan. (ros)