Perwakilan dari TFCA Kalimantan dan Indonesia serta pihak USAID berkesempatan mengunjungi Desa Nanga Betung, 2 Dember 2022 lalu. Mereka ingin melihat secara langsung implementasi program kerja.

Kegiatan kunjungan ini bertujuan untuk melihat langsung progres perkembangan LPHD Pundjung Batara di Desa Nanga Betung yang menjadi salah satu LPHD dampingan Yayasan PRCF Indonesia melalui skema TFCA siklus 5.

Hadir langsung di lokasi, yakni Nandang dari TFCA Kalimantan, Ahfi dari TFCA Indonesia, dan Didik Prasetyo dari USAID. Mereka didampingi langsung oleh Imanul Huda, Direktur Yayasan PRCF Indonesia dan Ali Hayat, Manajer Program.

Rombongan berkesempatan berkunjung ke KUPS Air Minum “Runjan Mandiri”. Selanjutnya, diselenggarakan pertemuan antara rombongan dengan pengurus LPHD Pundjung Batara, Kepala Desa, BPD, dan beberapa perwakilan masyarakat desa.

Bertempat di kantor LPHD Pundjung Batara, diskusi berlangsung partisipatif. Nandang berharap program TFCA yang sedang berjalan menjadi pemantik bagi para pengurus LPHD untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan yang lebih memiliki fungsi langsung kepada masyarakat.

“LPHD bisa saja mengajak masyarakat umum, misalnya pemuda-pemudi, untuk ke hutan. Di sana, mereka diajarkan ini pohon apa, ini satwa apa. Jadi, mereka bisa tahu langsung apa yang ada di hutan mereka. Tidak hanya sekadar di hutan ada pohon,” kata Nandang.

Nandang berharap, LPHD tidak memandang program sebagai sebuah proyek belaka, namun bisa memunculkan inisiatif-inisiatif yang baik.“Kita tidak mau ini hanya jadi proyek. Ada proyek, jalan. Selesai proyek, selesai. Munculkan inisiatif-inisiatif yang membuat masyarakat sadar pentingnya adanya hutan desa. Harus ada perbedaan signifikan antara sebelum dan sesudah penetapan hutan desa,” jelanya.

 Seiya sekata dengan Nandang, Ahfi dari TFCA Indonesia juga berharap agar masyarakat tidak segan bertanya dengan pendamping mereka mengenai pengelolaan hutan desa. “PRCF tentu cukup berpengalaman dalam hal pengelolaan hutan desa. Jadikan PCRF sebagai tempat bertanya yang bisa membantu kita. Tentu, PRCF sendiri tidak akan di sini selamanya. Jadi, kita harus mandiri pada saatnya nanti,” katanya.

Didik dari USAID (kiri) dan Ahfi dari TFCA Kalimantan menyampaikan gagasan mereka tentang pengembangan LPHD Pundjung Batara
Didik dari USAID (kiri) dan Ahfi dari TFCA Kalimantan menyampaikan gagasan mereka tentang pengembangan LPHD Pundjung Batara

Didik dari USAID memberikan kesempatan pada masyarakat untuk menyampaikan ide-ide yang terkait dengan pelestarian hutan. “USAID memiliki program yang berkaitan dengan kelestarian hutan. Saya melihat, di Kalimantan Barat, masyarakat sebagian besar cukup serius untuk merawat hutan,” tuturnya.

Bendungan Diperluas

Kedatangan rombongan disambut baik oleh masyarakat. Ramli, Kepala Desa Nanga Betung berharap ide-ide mereka dapat ditampung, baik oleh pihak TFCA maupun USAID. “Saat ini kami memang mengandalkan KUPS Air Minum (untuk menunjang perekonomian LPHD), dan dampaknya bisa langsung dirasakan masyarakat. Hanya saja, karena bendungan (yang berada di hutan) tidak terlalu besar, jadi, kalau musim kemarau, tidak banyak debit airnya,” ungkap Ramli.

Foto bersama seusai diskusi
Foto bersama seusai diskusi

“Harapan kami, ada dukungan dari program untuk melebarluaskan bendungan, jadi yang bisa ditampung adalah air dari dua (aliran) sungai. Agar debit air terjaga walau musim kemarau,” ujar Ramli. (roj/ros)