Setiap tahun Provinsi Kalimantan Barat selalu mengalami pencemaran udara. Penyebab utamanya, kebakaran hutan dan lahan. Selain itu, ada juga disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor dan pembakaran sampah serta biomassa.

Pencemaran udara adalah masalah lingkungan yang serius di banyak wilayah di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Pencemaran udara terjadi ketika zat-zat berbahaya atau polutan masuk ke atmosfer dan mencapai tingkat yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan ekosistem.

Beberapa penyebab umum pencemaran udara antara lain:

Pertama, kebakaran hutan dan lahan termasuk dalam sumber pencemaran udara yang signifikan. Ketika terjadi kebakaran hutan dan lahan, polutan berbahaya seperti asap, partikel-partikel kecil (partikulat), karbon monoksida (CO), dan gas-gas lainnya dilepaskan ke atmosfer. Polutan-polutan ini dapat mencapai jarak yang jauh dan mempengaruhi kualitas udara di wilayah yang luas.

Kebakaran hutan dan lahan dapat menghasilkan asap yang tebal dan membahayakan. Asap mengandung partikel-partikel kecil yang dapat dihirup dan meresap ke dalam sistem pernapasan manusia, menyebabkan gangguan pernapasan, iritasi mata dan tenggorokan, serta masalah kesehatan lainnya. Selain itu, gas-gas yang dilepaskan oleh kebakaran seperti CO2, CO, metana (CH4), dan ozon (O3) juga dapat berdampak negatif pada kualitas udara dan kesehatan manusia.

Selain mempengaruhi kualitas udara lokal, kebakaran hutan dan lahan yang besar dapat menyebabkan efek jangka panjang pada lingkungan global. Emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh kebakaran dapat berkontribusi pada perubahan iklim dan pemanasan global.

Kedua, emisi kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor, terutama yang menggunakan bahan bakar fosil seperti bensin dan diesel, menghasilkan emisi gas buang yang mencakup zat-zat seperti karbon monoksida (CO), nitrogen dioksida (NO2), dan partikel-partikel berbahaya. Lalu lintas padat dan kualitas bahan bakar yang rendah dapat meningkatkan tingkat pencemaran udara di perkotaan.

Ketiga, pembakaran sampah dan biomassa. Pembakaran sampah di tempat pembuangan akhir atau pembakaran biomassa seperti kayu bakar juga dapat menyebabkan emisi polutan yang berkontribusi pada pencemaran udara.

Dampak pencemaran udara terhadap kesehatan manusia dapat beragam, termasuk gangguan pernapasan, iritasi mata dan tenggorokan, masalah kardiovaskular, dan risiko peningkatan penyakit seperti asma, bronkitis, dan kanker paru-paru. Pencemaran udara juga dapat merusak ekosistem, mengurangi kualitas tanah dan air, serta mempengaruhi kehidupan hewan dan tumbuhan.

Upaya untuk mengatasi pencemaran udara melibatkan tindakan pemerintah, perusahaan, dan masyarakat secara keseluruhan. Beberapa langkah yang dapat diambil meliputi:

– Pencegahan dan Penegakan Hukum. Upaya untuk mengurangi kebakaran hutan dan lahan serta dampak pencemaran udara yang terkait dengannya melibatkan langkah-langkah pencegahan, penegakan hukum, pemantauan yang lebih baik, pendidikan dan kesadaran masyarakat, serta upaya rehabilitasi dan restorasi lahan yang terbakar. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, organisasi lingkungan, dan sektor terkait sangat penting dalam menangani masalah ini.

– Regulasi dan Standar Emisi. Pemerintah dapat mengadopsi regulasi yang ketat terkait emisi industri dan kendaraan bermotor, serta menetapkan standar emisi yang lebih rendah. Penegakan hukum terhadap pelanggaran juga perlu ditingkatkan.

– Peningkatan Transportasi Berkelanjutan. Mendorong penggunaan transportasi berkelanjutan seperti transportasi umum, sepeda, atau jalan kaki dapat membantu mengurangi emisi kendaraan bermotor.

– Promosi Energi Bersih. Pendorong untuk mengadopsi energi bersih dan beralih dari bahan bakar fosil ke sumber energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin akan membantu mengurangi polusi udara dari sektor energi.

– Pengelolaan Sampah yang Tepat. Meningkatkan pengelolaan sampah dengan pendekatan yang lebih berkelanjutan seperti daur ulang, kompos, atau teknologi pengolahan. (ros)