Dua wanita asal Vietnam, Nguyen Nga dan Nguyen Thuy mengunjungi tiga desa di Kabupaten Kapuas Hulu awal September lalu. Keduanya tergabung dalam PRCF International yang sedang melakukan kunjung ke desa dampingan PRCF. Ketiga desa itu adalah Desa Nanga Jemah, Sri Wangi, dan Tanjung.
Nguyen Nga adalah Direktur Finansial PRCF. Saat kunjungan ia sering mengajukan pertanyaan tentang apa saja Kegiatan Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) yang dikembangkan oleh LPHD. Pertanyaan tersebut ia tanyakan di seluruh desa yang menjadi dampingan PRCF Indonesia melalui program Imbal Jasa Lingkungan, antara lain Desa Nanga Jemah, Sri Wangi, dan Tanjung.
Menurut Nga, demikian panggilan akrabnya, indikasi keberhasilan program salah satunya haruslah meningkatnya kemandirian masyarakat dalam hal ekonomi. Dengan demikian, tekanan terhadap hutan dapat berangsur menurun. Sebab masyarakat dengan ekonomi yang membaik tidak memerlukan untuk merambah hutan.
Dalam kesempatan berkunjung ke Desa Sri Wangi, Nga bahkan tertarik dengan kerajinan pembuatan polybag yang berbahan dasar rotan dan daun pandan. “Kalau bisa dipasarkan lebih luas, ini pasti menguntungkan masyarakat di sini, karena banyak orang yang tidak lagi ingin menggunakan plastik. Plastik itu tidak bagus untuk lingkungan,” tuturnya dalam Bahasa Inggris.
Saran itu ditanggapi langsung oleh Sekretaris LPHD, Nugroho. “Kami juga ingin begitu, tetapi belum banyak jalur pasar yang terbuka. Biasanya kami jual ke Desa Nanga Jemah (desa tetangga). Mudah-mudahan dengan adanya program ini, hal itu bisa tercapai,” jawabnya.
Dukung Solar Panel
Perhatian yang sama juga ditunjukkan oleh Nguyen Thuy, staf PRC Foundation untuk Pengembangan Usaha Masyarakat di Vietnam. Di Dusun Bangik Permai, Desa Nanga Jemah, beberapa kali Thuy melontarkan pertanyaan terkait dengan teknis KUPS. Di Desa Nanga Jemah, terdapat KUPS Ikan (dua kelompok), ayam, dan agriculture.
Masyarakat Dusun Bangik mendapatkan bantuan solar panel melalui program Renewable Energy yang difasilitasi oleh Global Environtmental Institute (GEI). Sistem balik jasa yang dikembangkan adalah, masyarakat mesti aktif dalam kelompok-kelompok KUPS atau bisa juga terlibat dalam kelompok patrol hutan desa.
“Ini bagus sekali, jadi masyarakat bisa dapat listrik, dan mereka juga berkesempatan mengembangkan ekonomi mereka,” ujar Thuy.
Nga dan Thuy dua srikandi dari Vietnam merasa beruntung bisa menjelajahi pedalaman Kalimantan Barat. Keduanya juga baru pertama menginjakkan kaki di Bumi Khatulistiwa Banyak pengalaman dan cerita mereka dapatkan. (roj/ros)