Seni fasilitasi

Seorang fasilitator hampir setiap hari berada di tengah orang yang didampinginya. Seperti halnya fasilitator desa dari PRCF Indonesia, banyak melakukan pendampingan LPHD dan KUPS di Kabupaten Kapuas Hulu. Dalam pendampingan sangat perlu seni fasilitasi.

Fakhrul Rizal, founder Vikatama Training Center Kalimantan Barat adalah pakarnya teknik seni fasilitasi. Dalam Pelatihan Teknik Fasilitasi yang digelar PRCF Indonesia, 26 – 30 Maret 2023 di Lembaga Gemawan, ia jelaskan secara rinci apa itu seni fasilitasi. Pada pelatihan kali ini ia menyampaikan materi Art of Fasilitation atau seni fasilitasi.

Di awal materi, Fakhrul menyampaikan bahwa melatih itu sama dengan science plus art. Maksudnya, melatih orang itu ada ilmu seninya. Bisa dipelajari dan diterapkan. Ada tiga instrumen penting dalam seni fasilitasi ini yakni vokal, verbal, dan visual.

“Melatih atau memfasilitasi itu ada ilmu seninya. Dengan menguasai seninya, kita menjadi lebih percaya diri di hadapan banyak orang saat menjelaskan materi. Apa yang mau disampai bisa fokus dalam suasana yang menyenangkan, tidak membosankan,” jelas Fakhrul di hadapan peserta yang terdiri dari fasilitator desa.

Terkait vokal, sangat berhubungan dengan intonasi suara. Seorang fasilitator harus tahu bagian mana intonasi suara direndahkan, ditinggikan atau datar saja. Jangan sampai dari awal sampai akhir intonasi suara malah datar, sehingga audien ngantuk atau bosan. Selain intonasi, fasilitator juga tahu volumen, kecepatan, dan jeda suara. Semua itu bisa dilatih, tidak bisa apa adanya.

Selain vokal, seorang fasilitator juga paham dengan verbal yakni cara berbicara, bertanya, menjawab, dan menyimak serta mendengar. Seorang fasilitator harus tahu semua itu agar tidak kaku atau grogi di hadapan peserta. Jangan sampai juga, ngomongnya panjang, tapi peserta kesulitan menangkap apa yang disampaikan. Lebih baik singkat padat dan mudah dimengerti.

Terakhir, visual atau penampilan. Penampilan bagi seorang fasilitator sangat penting. Jangan terlihat kaku, melainkan luwes atau dinamis serta menguasai panggung.

“Mimik, gesture, eye contact, dan scanning face juga diperhatikan. Mimik wajah hendaknya memperlihatkan keceriaan. Mata harus selalu tertuju ke peserta, bukan malah sering melihat ke atas atau keluar,” jelas Fakhrul.

Kelas Inklusif

Ketika ada pelatihan atau seminar, ada peserta yang disabilitas, harap menjadi perhatian khusus dari seorang fasilitator. Tidak bisa disamakan dengan peserta yang semuanya normal. Inilah kelas inklusif di mana ada peserta yang disabilitas. Berikut ini lima tips dari Fakhrul untuk kelas inklusif:

1. Pelajari etika berkomunikasi

2. Tempatkan pada tempat yang tidak menyulitkan

3. Hindari gestur yang dapat menyebabkan kesulitan

4. Perlakukan semua peserta secara sama, dan tidak ada yang khusus

5. Hindari penggunaan bahasa yang menyinggung keadaan peserta (ros)