Orangutan

Tulisan ini merupakan intisari dari materi yang disampaikan oleh Jatna Supriatna, Departemen Biologi dan Institut untuk Bumi dan Sumber Daya Berkelanjutan, FMIPA Universitas Indonesia, serta Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia (DIPI). Materi itu disampaikan Orangutan Symposium and Workshop” Incentivizing Orangutans Conservation Efforts in Indonesia”, Jakarta 10 Desember 2024. Dalam simposium ini hadir perwakilan PRCF Indonesia.

Indonesia, yang merupakan rumah bagi keanekaragaman primata yang luar biasa, termasuk 61 hingga 65 spesies, menjadi salah satu pusat keanekaragaman hayati dunia. Di antara primata tersebut, orangutan menempati posisi istimewa sebagai spesies utama dalam upaya konservasi. Dengan habitatnya yang tersebar di Sumatera dan Kalimantan, orangutan menghadapi ancaman serius dari kehilangan habitat, perburuan, dan perambahan manusia. Ekowisata muncul sebagai strategi yang layak untuk mengatasi tantangan ini, menawarkan pendekatan yang mengintegrasikan konservasi dan pengembangan ekonomi.

Peran Ekowisata dalam Konservasi

Ekowisata memanfaatkan sumber daya alam untuk menciptakan aktivitas ekonomi sambil melestarikan ekosistem. Tidak seperti pariwisata konvensional, ekowisata menekankan dampak lingkungan yang minimal dan mendorong konservasi ekologi. Karakteristik utama ekowisata meliputi:

  • Pelestarian ekosistem yang utuh.
  • Pemanfaatan atraksi alam secara berkelanjutan tanpa mengubahnya menjadi produk jadi.
  • Konsumsi energi dan sumber daya yang rendah dibandingkan aktivitas ekonomi lainnya.
  • Keterlibatan aktif masyarakat lokal dalam pengembangan dan pengelolaan.
  • Fokus pada pemulihan dan perlindungan keanekaragaman hayati.

Di Indonesia, inisiatif ekowisata seperti tur orangutan mencerminkan prinsip-prinsip ini. Dengan menawarkan pengalaman wisata alam terpandu di kawasan konservasi seperti Taman Nasional Tanjung Puting dan Taman Nasional Gunung Leuser, ekowisata meningkatkan kesadaran dan menghasilkan pendanaan untuk konservasi.

Taman Nasional dan Wisata Orangutan

Indonesia memiliki 55 taman nasional, sembilan di antaranya merupakan habitat penting bagi orangutan. Taman-taman ini menawarkan peluang unik untuk ekowisata:

  • Taman Nasional Tanjung Puting: Dikenal dengan program rehabilitasi dan penelitian, taman ini menarik lebih dari 8.000 pengunjung setiap tahun, dengan paket tur berkisar antara $150 hingga $450 untuk pengalaman empat hari.
  • Taman Nasional Gunung Leuser: Populer untuk tur trekking, taman ini menawarkan pengalaman hutan yang mendalam, seringkali dikombinasikan dengan kunjungan ke komunitas lokal.
  • Bukit Lawang: Sebagai bagian dari Gunung Leuser, destinasi ini menyediakan peluang untuk mengamati orangutan semi-liar di habitat aslinya, dilengkapi dengan eco-lodge dan penginapan homestay.

Taman-taman ini menunjukkan potensi wisata orangutan dalam menyeimbangkan tujuan ekologis dan ekonomi.

Keterlibatan Komunitas dalam Ekowisata

Keberhasilan ekowisata sangat bergantung pada partisipasi aktif komunitas. Komunitas lokal memainkan peran penting dalam mengelola operasi wisata, menjadi pemandu, dan menyediakan akomodasi. Inisiatif seperti pariwisata berbasis komunitas di Batang Toru, Sumatera Utara, menunjukkan sinergi ini. Di sini, praktik berkelanjutan seperti homestay dan agroforestri mengintegrasikan konservasi dengan mata pencaharian lokal.

Prinsip utama untuk keberhasilan keterlibatan komunitas meliputi:

  • Meningkatkan pengetahuan dan penghormatan terhadap keanekaragaman hayati.
  • Memastikan mekanisme pembagian keuntungan yang adil.
  • Memberikan pendidikan dan pelatihan untuk pemandu dan masyarakat setempat.
  • Mengembangkan pendekatan jangka panjang yang kolaboratif dalam pengelolaan pariwisata.

Dampak Ekonomi dan Lingkungan

Ekowisata menghadirkan peluang ekonomi yang signifikan sambil mempromosikan konservasi. Secara global, ekowisata memberikan kontribusi pendapatan besar bagi perekonomian nasional. Namun, di Indonesia masih terdapat potensi yang belum dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan dari kawasan konservasi. Misalnya, mengoptimalkan layanan lingkungan di kawasan lindung dapat meningkatkan pendapatan negara lebih dari $13 juta yang dilaporkan pada tahun 2018.

Dari perspektif ekologi, studi menunjukkan bahwa tingkat ekowisata sedang hingga tinggi dapat mengimbangi dampak negatif dari penebangan dan kerusakan habitat. Dengan menyediakan sumber pendapatan alternatif, ekowisata mengurangi ketergantungan pada aktivitas yang merusak lingkungan seperti penebangan liar dan pertambangan.

Tantangan dan Rekomendasi

Meskipun menjanjikan, ekowisata menghadapi tantangan, termasuk lemahnya penegakan regulasi, degradasi habitat, dan potensi gangguan terhadap satwa liar. Untuk mengatasi tantangan ini, langkah-langkah berikut direkomendasikan:

  1. Penguatan Regulasi: Menerapkan dan menegakkan pedoman yang membatasi jumlah wisatawan, melarang pemberian makan pada satwa liar, dan meminimalkan gangguan terhadap habitat.
  2. Peningkatan Kapasitas: Melatih komunitas lokal dan operator tur untuk mengelola pariwisata secara berkelanjutan.
  3. Pengembangan Infrastruktur: Berinvestasi dalam akomodasi dan fasilitas ramah lingkungan untuk meningkatkan pengalaman pengunjung.
  4. Pendidikan dan Kesadaran: Meningkatkan pemahaman tentang perilaku satwa liar dan etika konservasi di kalangan wisatawan.
  5. Pemantauan dan Evaluasi: Membangun sistem untuk menilai dampak lingkungan dan sosial-ekonomi ekowisata secara berkala.

Ekowisata merupakan strategi menjanjikan untuk konservasi orangutan dan pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Dengan mengintegrasikan pertumbuhan ekonomi dengan keseimbangan ekologi, ekowisata menawarkan jalan untuk melindungi keanekaragaman hayati unik Indonesia sambil meningkatkan kesejahteraan komunitas lokal. Kisah sukses dari Tanjung Puting dan Batang Toru menunjukkan potensi ekowisata dalam menciptakan hubungan harmonis antara manusia dan alam. Dengan kebijakan yang kuat dan keterlibatan komunitas, Indonesia dapat terus memimpin dalam pariwisata berbasis konservasi, memastikan masa depan di mana orangutan dan habitatnya dapat terus hidup dan berkembang. (ros)

Leave A Comment