Perubahan iklim semakin tidak menentu di Indonesia. Ada empat masalah krisis iklim yang bisa melanda negeri ini, yakni polusi udara, krisis air, pemanasan global, dan hilangnya keanekaragaman hayati. Hal ini terungkap dalam Pertemuan Nasional Result Based Payment (RBP) REDD+ Tahun 2024 di JW Marriott Hotel Jakarta, 21 Februari 2024.
Dalam pertemuan itu hadir Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani. Dalam pidatonya, Sri Mulyadi menyinggung soal krisis iklim yang bisa melanda Indonesia. Terungkaplah dalam pidatonya, ada empat masalah krisis iklim itu seperti disebutkan di atas. Berikut dijelaskan secara singkat empat krisis iklim tersebut.
- Polusi Udara
Asap kendaraan, asap pabrik, dan pembakaran bahan bakar fosil mencemari udara dengan gas beracun. Racun ini menyelimuti Bumi, merenggut udara segar dan memicu berbagai penyakit pernapasan. Dampaknya tak hanya pada manusia, tapi juga ekosistem yang rapuh. Gangguan kesehatan pernapasan, seperti asma, bronkitis, dan kanker paru-paru. Selain itu, polusi udara bisa menyebabkan, hujan asam yang merusak tanaman dan ekosistem air. Hal yang menjadi isu dunia, pemanasan global karena gas rumah kaca seperti karbon dioksida dan metana.
Sebagai solusi untuk mengatasi polusi udara; Beralih ke energi terbarukan dan kendaraan ramah lingkungan, menerapkan standar emisi yang lebih ketat untuk industri, dan menanam pohon dan meningkatkan ruang hijau di kota.
- Krisis Air
Perubahan iklim mengganggu pola cuaca, memicu kekeringan di berbagai wilayah. Kekurangan air bersih mengancam kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan. Krisis air berpotensi memicu kelaparan dan konflik perebutan sumber daya. Selain itu, dampak yang bisa dirasakan kekurangan air bersih untuk kebutuhan domestik, pertanian, dan industri. Kekeringan dan gagal panen.
Sebagai solusi untuk mengatasi krisis air, menghemat penggunaan air dan menggunakan teknologi hemat air. Membangun infrastruktur penampungan air hujan dan sistem daur ulang air, dan melestarikan hutan dan daerah aliran sungai.
-
3. Pemanasan Global
Emisi gas rumah kaca menjebak panas matahari, menyebabkan suhu Bumi terus meningkat. Pemanasan global memicu berbagai bencana alam, seperti gelombang panas, badai dahsyat, dan kenaikan permukaan laut. Emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida, metana, dan nitrogen dioksida. Penyebab lainnya, terjadi deforestasi dan perusakan hutan.
Dampak dari pemanasan global itu, kenaikan suhu global yang memicu berbagai bencana alam. Mencairnya es di kutub dan kenaikan permukaan laut, dan perubahan pola cuaca dan curah hujan.
Sebagai solusi untuk mengatasi pemanasan global, mengurangi emisi gas rumah kaca dengan beralih ke energi terbarukan dan meningkatkan efisiensi energi. Melestarikan hutan dan menanam pohon, dan mengembangkan teknologi adaptasi untuk menghadapi dampak perubahan iklim.
- Hilangnya Keanekaragaman Hayati
Perubahan iklim dan perusakan habitat menyebabkan kepunahan spesies flora dan fauna. Hilangnya keanekaragaman hayati mengganggu keseimbangan ekosistem dan mengancam ketahanan pangan. Perubahan iklim dan perusakan habitat akibat alih fungsi hutan, perburuan liar, dan pencemaran lingkungan. Dampak dari masalah itu, hilangnya spesies flora dan fauna yang mengganggu keseimbangan ekosistem. Ancaman ketahanan pangan dan sumber daya alam.
Sebagai solusi mengatasi itu, melestarikan habitat alami dan melindungi spesies yang terancam punah. Memerangi perburuan liar dan perdagangan ilegal satwa liar, dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya keanekaragaman hayati. (ros)