Kompak kata kunci untuk berjalannya sebuah yayasan atau organisasi. Ketika tidak ada kekompakkan lembaga apa pun sulit menjalan program kerjanya. Salah satu cara memupuk rasa kompak itu, makan bersama. Hal inilah yang dilakukan Yayasan PRCF Indonesia.
“Setiap ada kesempatan, kita usahakan bisa makan bersama. Dengan makan bersama ini, kita bisa kompak dan rasa kekeluargaan semakin kuat. Jarak antara jabatan direktur, manajer, fasilitator, anggota, maupun staf tidak ada dan berbaur dalam suasana menyenangkan,” kata Direktur PRCF Indonesia usai makan malam bersama di sebuah restoran, Jumat (16/2/2024).

Pada 16 Februari, PRCF Indonesia menggelar PES Data Base System Training and Management di Hotel Ibis Pontianak. Pelatihan digelar dari pagi sampai sore hari. Dalam pelatihan ini berkumpul seluruh pengurus PRCF Indonesia.
Momen berkumpul bukan sekadar untuk mengikuti pelatihan semata. Dimanfaatkan untuk meningkatkan kekompakkan antarpengurus. Salah satu caranya, makan malam bersama. Momen ini jarang terjadi, karena kebanyakan personel PRCF lebih banyak berada di lokasi dampingan.
Ada enam desa menjadi dampingan PRCF dalam mengelola hutan desa. Desa itu adalah Nanga Lauk, Nanga Betung, Nanga Jemah, Sri Wangi, Tanjung, dan Penepian Raya. Semua desa itu berada di Kabupaten Kapuas Hulu. Jarak antara Pontianak menuju Kapuas Hulu terbilang jauh, butuh waktu 16 jam.
Ketika para pengurus turun lapangan dibutuhkan minimal satu minggu. Kadang ada sampai satu bulan. Dengan kondisi demikian, momen kebersamaan menjadi jarang.
“Ketika ada momen pas untuk kumpul bersama, kita manfaatkan sebaik mungkin. Makan malam bersama usai pelatihan. Hal ini sangat penting untuk terus menjaga kebersamaan. Dengan demikian, antarpengurus merasa enjoy dalam bekerja,” tambah Manager HRD, Suhartian Fajru.
Suasana Makan Bersama
Saat makan bersama hadir Imanul Huda beserta istri. Selebihnya para manajer, fasilitator, anggota dan staf. Tersedia aneka jenis masakan seperti ikan bakar, kepiting, udang, tofu, dan sayur kangkung asap. Hidangan seperti itu jarang dirasakan, karena lebih banyak di lokasi dampingan.

“Kalau di hulu, kita kebanyakan ketemu hidangan berbahan ikan. Karena, di lokasi dampingan rata-rata penghasil ikan tawar. Sebagai contoh, ikan toman. Ikan ini paling banyak dihidangkan mulai dari digoreng, digulai, sampai dibakar,” tambah Agus Sarwoko personel PRCF Indonesia. (ros)