Kopi Sigararutan

Desa Tanjung Dolok, yang terletak di Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, merupakan salah satu penghasil kopi unggulan. Tanaman kopi di desa ini tumbuh pada ketinggian ≥800 meter di atas permukaan laut, di wilayah Lanskap Batang Toru Wilayah Blok Barat. Kelompok usaha kopi di desa ini beranggotakan 15 orang petani. Semua berfokus pada produksi biji kopi green bean specialty dengan kualitas yang mampu bersaing di pasar.

Dalam pengelolaannya para petani itu didampingi oleh PRCF Sumatera. Pada 17 Juni 2024 lalu, kopi dari Desa Tanjung Dolok diperkenalkan oleh Direktur PRCF Indonesia, Imanul Huda dalam acara Slow Food di Yogyakarta. Mari kita berkenalan dengan kopi ini.

Imanul Huda
Imanul Huda saat memperkenalkan kopi sigararutan di dalam acara Slow Food di Yogyakarta

Kelompok usaha ini memiliki visi untuk menghasilkan produk kopi special dari Tanjung Dolok dan sekitarnya. Tujuannya memperkuat upaya konservasi dan meningkatkan pendapatan masyarakat secara berkelanjutan. Misi mereka meliputi:

  • Mengembangkan kopi lokal berkualitas tinggi.
  • Menerapkan sistem agroforestri.
  • Meningkatkan kapasitas masyarakat petani kopi dalam pengembangan bisnis.
  • Membudidayakan tanaman kopi dengan bibit lokal.

Kelompok usaha menyediakan biji kopi green bean dari kopi Arabika dan Robusta dengan kualitas premium dan specialty. Proses pengolahan dilakukan dengan metode natural, full wash, dan semi wash. Kopi yang dihasilkan berasal dari biji kopi cherry merah yang tumbuh pada ketinggian ≥800 meter di atas permukaan laut.

Proses Produksi dan Keunggulan

Proses produksi dimulai dari pemilihan cherry merah kopi, pencucian, pengupasan dengan mesin pulpel, pengolahan, hingga sortasi green bean. Sortasi dilakukan secara manual dan menggunakan alat bantu untuk memastikan kualitas yang baik. Kelompok usaha juga menerapkan metode pertanian organik dan agroforestri yang ramah lingkungan. Selain itu, limbah kulit kopi dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik, menjadikan usaha ini berkonsep zero waste.

Anggota kelompok mendapatkan pelatihan dari tenaga ahli lokal mengenai proses pasca panen, termasuk pemilihan cherry merah, pencucian, pengupasan, pengeringan, dan pengecekan gabah. Fasilitas rumah pengeringan dan alat mesin pengolahan juga disediakan untuk mendukung proses produksi. Kegiatan kunjungan klinis dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman kopi melalui pemangkasan, penggunaan benih lokal, dan sistem penaung pada tanaman kopi.

Jukhoiriyah sebagai pendamping KUB mengatakan, “Selama enam bulan mendampingi Kelompok Usaha Tandasira Maju Bersama dalam proses produksi, anggota kelompok sangat antusias dengan kedatangan program yang diberikan oleh PRCF Indonesia,” katanya.

Upaya tersebut sangat membantu mereka dalam peningkatan ekonomi, terutama bagi anggota perempuan merasakan memiliki pekerjaan yang lebih mudah di mana sebelumnya mereka bertani.  Fasilitas dan peralatan kerja yang  sudah diberikan oleh PRCF Indonesia dipergunakan dengan baik. Adanya KUB membuat mereka bisa mencukupi kebutuhan pasar.

“Saat ini Coffeenatics salah satu pembeli grean bean kopi arabika dengan kualitas spesialty yang mendukung kegiatan konservasi PRCF Indonesia di wayah Batang Toru Sumatera Utara,” tambah Jukhoiriyah.

Dampak dan Konservasi

Usaha kopi ini tidak hanya berfokus pada peningkatan ekonomi masyarakat, tetapi juga pada upaya konservasi hutan dan satwa di Lanskap Batang Toru, termasuk orangutan Tapanuli, owa, siamang, burung rangkong, dan burung onggang. Dengan adanya usaha yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, kelompok ini berupaya menjaga keseimbangan ekosistem sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani kopi. (ros)

Leave A Comment